Yesaya 46:11 yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan
putusan-Ku dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak
melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak
melaksanakannya.
Karena firman Tuhan ini disampaikan di Israel, maka logis bila yang dimaksud
“timur” adalah sebelah timur dari Israel. Indonesia adalah satu-satunya negara
“di timur” yang memiliki lambang negara “burung garuda” (garuda=elang jawa
= rajawali), negeri yang “paling jauh” di timur Israel adalah Papua Nugini,
sehingga pantas juga jika Indonesia di sebut sebagai “negeri yang jauh”.
Benarkah maksud Firman Tuhan ini adalah bahwa dari Indonesia-lah, kebenaran akan
“dinyatakan lagi”? …
Kita harus menyadari bahwa Kekristenan (bahkan diseluruh dunia) telah sedikit atau bahkan
banyak melenceng dari yang “asli”nya…
Misalnya: ….
Sabat yang semula adalah hari Sabtu, diganti menjadi hari Minggu, dengan berbagai alasan,
namun yang jelas penggantian Sabtu menjadi Minggu ini karena alasan tertentu, ya…
ceritanya sih.. untuk mengadakan “kompromi” dengan para penyembah dewa matahari di
Romawi saat itu… (Minggu = SUN DAY = Hari Matahari)
Yesus, nama ini “aslinya” adalah Yeshua (Yahweh Shua = Yahweh yang menyelamatkan),
sehingga saat ini ada yang tetap “bertahan” bahwa nama Yesus seharusnya adalah Yahshua,
sebagian yang lain mengatakan mestinya Yeshua, dengan alasan kalau kata “YAH” di depan
itu bunyinya menjadi “mati”, berbeda kalau YAH di belakang, akan tetap YAH, misalnya
Yesayahu (Yesaya), Yirmiyahu (Yeremia), Obadyah (Obadiah), Zekaryah (Zakaria) dll.. Ada
yang “bertahan” bahwa seharusnya Yeshua, karena berbagai inskripsi menulis Yeshua, bukan
Yahshua. Dan yang jelas bukan Yesus.
Apakah nama “Ibrani” itu dapat dirubah ke bahasa lain?
Natal Yesus (Yeshua), diperingati diseluruh dunia pada tanggal 25 Desember, padahal sudah
banyak yang menyadari bahwa Yeshua lahir BUKAN pada 25 Desember. 25 Desember
adalah hasil “inkulturasi” Romawi, yang saat itu banyak menyembah DEWA MATAHARI,
yang kelahirannya diperingati setiap 25 Desember. Nah…. 25 Desember-nya tetap, tetapi
“isinya” diganti dengan Yesus, ini khan “kerjaan” Kaisar Konstantin pada awal abad ke-4
Masehi, dan dianut di seluruh dunia. (he he he…ini curangnya orang Kristen…. kalau yang
dianggap bagus disebut inkulturasi, kalau yang dianggap nggak bagus dianggap
sinkretisme….)
Termasuk “Sinterklas” di hari Natal, adalah mitos yang tidak ada dasar Alkitabiahnya sama
sekali, yang telah “menipu” hampir semua orang, khususnya anak kecil, yang merayakan
Natal.
Juga Paskah yang “Jumat Agung” itu, kalau dicek sejarahnya, penentuan Paskah setiap
“Jumat Agung” adalah hasil kesepakatan-kesepakatan. Padalah, Paskah yang dilakukan
Yesus (yang dikenal dengan “perjamuan terakhir”) adalah Paskah yang dilaksanakan setiap
tanggal 14 Nisan. Mengapa Paskah sekarang tidak lagi mengikuti kalender Yahudi, dan tetap
dilaksanakan setiap 14 Nisan?
Kita semua telah “dijajah oleh sejarah”. Apalagi Kekristenan di Indonesia.
Kekristenan berkembang dari Israel (YAHUDI), dan pada awal-awal kekristenan,
perkembangan “agama” Kristen lebih banyak ke arah Yunani, (walaupun ada bukti-bukti
bahwa kekristenan mula-mula juga diberitakan ke timur: cina, jepang, india).
Di Yunani inilah kekristenan mulai “bercampur” dengan budaya-budaya Yunani (ingat
bahwa Yunani pada saat itu sudah memiliki kebudayaan yang “tinggi”). Dari Yunani,
kekristenan berkembang ke Romawi, dan ‘celakanya” Romawi adalah bangsa yang
“menjajah” Yahudi, dan akibatnya “yang berbau” Yahudi, digantikan dengan “Romawi”.
Akibatnya adalah bahwa kekristenan telah kehilangan akar Yahudi-nya (atau akar Ibrani-nya)
Bukan berarti bahwa kekristenan harus “keyahudi-yahudi-an”, tetapi harus disadari bahwa
dasar kekristenan adalah Yahudi (Ibrani) sehingga kekristenan yang telah menjadi “non
Yahudi” ini MUNGKIN perlu dikembalikan ke akar Ibrani, jika hendak memahami
kekristenan yang ‘sebenarnya’ sesuai dengan maksud Tuhan sejak “menurunkan” Taurat ke
bangsa Israel.
Nah…. apakah gerakan “mesianik” di Indonesia adalah salah satu penggenapan “nubuat”
dalam Yesaya 46:11 tadi? (karena sekarang ini, gerakan mesianik di Indonesia – sebenarnya
juga mesianik di seluruh dunia—berusaha mengembalikan pemahaman kekristenan ke akar
Ibrani)
Mengapa Indonesia? Ya… gerakan mesianik yang paling besar tantangannya adalah di
Indonesia. Jika gerakan “kembali ke akar Ibrani” di Indonesia dapat berhasil, maka untuk
negara-negara lain, akan lebih mudah, karena di Indonesia, tantangannya paling besar.
Ya paling besar tantangannya, karena “penyimpangan” kekristenan di Indonesia ‘paling
parah’ dibandingkan dengan di negara-negara lain. Ini wajar, karena, kekristenan di Indonesia
adalah ‘produk’ yang dibawa oleh penjajah Eropa, jadi kalau diruntut maka kekristenan di
Indonesia adalah hasil dari Yahudi/Israel/Ibrani -ke Yunani ke Romawi – ke Eropa – ke
Indonesia.
Ketika masuk ke Indonesia, di Indonesia sudah berkembang agama Hindu, Budha dan Islam.
Nah… salah satu akibatnya adalah bahwa El, Eloah, dan Elohim, diterjemahkan ke bahasa
Indonesia menjadi “Allah”, karena kata “Allah” sudah dikenal oleh orang Islam di Indonesia
sebagai “Tuhan/Sesembahan”, dan Yahweh diterjemahkan menjadi “TUHAN”.
Sangat sulit mengembalikan kata YAHWEH dan menghilangkan kata “Allah” dalam ‘jargon’
kekristenan di Indonesia, padahal “Allah” adalah jelas-jelas “nama” Tuhan-nya orang Islam,
menurut Al-Quran.
Entah Tuhannya orang Kristen itu sama atau berbeda dengan Tuhanya orang Islam (entah
Yahweh itu sama atau tidak sama dengan Allah), — kita tidak tahu sekarang — namun jika
kekristenan mau kembali ke asalnya, maka kata “allah” perlu dihapuskan dari Kitab Suci.
Sebab kekristenan mula-mula tidak mengenal kata “Allah” untuk menggantikan El. Eloah
dan Elohim. Persoalan ini hanya ada di Indonesia, dan ini adalah salah satu tantangan terbesar
‘pengembalian’ kekristenan di Indonesia ke “jalur yang semestinya”. Ya… ini persoalan
besar di Indonesia, sebab LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) justru yang ‘memasukkan’ kata
“Allah” ini ke dalam Kitab Suci Kristen, dengan berbagai argumentasinya yang menurut
mereka “masuk akal”.
Nah…. sekarang gerakan mesianik di Indonesia mulai “menggeliat” berusaha
mengembalikan kekristenan ke akar Ibrani (bukan berarti harus ke yahudi-yahudian).
Apa saja yang dilakukan oleh para mesianik di Indonesia?
1. mengembalikan penyebutan nama Tuhan dengan YAHWEH dan bukan Allah
2. mengembalikan penyebutan nama-nama dalam Kitab Suci ke ‘asli’ nya, misalnya Yesus:
Yeshua, Musa: Mosh, Yesaya: Yeshayahu, dll.
(1 dan 2) dengan dasar pemikiran bahwa apakah “nama” bisa diterjemahkan ke bahasabahasa
lain? – ya misalnya ada orang Jawa bernama “Slamet”, khan akan lucu jika di
Amerika atau di Inggris menjadi “Mr. Save”
3. (beberapa) merayakan Natal Yesus (Yeshua) pada tanggal 15 Tishri – bukan pada 25
Desember juga (beberapa) kembali merayakan Paskah pada tanggal 14 Nisan
4. dll. masih banyak lagi “teologi mesianik” yang ‘berbeda’ dengan ‘budaya kekristenan’
yang sudah berkembang dewasa ini.
Kembali ke “burung buas dari timur”, apakah gerakan mesianik di Indonesia sedang
menggenapi nubuatan ini?
Mari kita lihat peta dunia. Lihatlah posisi Israel. Lihatlah posisi Indonesia. Indonesia adalah
satu-satunya negara di timur Israel yang memiliki lambang negara “burung garuda”
Lihatlah posisi garis Bujur Timur, Indonesia berada di garis Bujur Timur sekitar 90 – 140
derajat
Sekarang lihatlah garis Bujur Barat, negara mana yang berada di sekitar 90 – 140 derajat
Bujur Barat?
Bukankah Amerika Serikat? Apa lambang negara Amerika Serikat? Burung juga khan?
Apakah ini kebetulan belaka? atau memang ada makna rencana Tuhan atas ‘kebetulan’ ini?
Ingat bahwa Amerika Serikat adalah “penjaga Israel” agar tetap ‘eksis’di muka bumi.
Apakah Indonesia (gerakan mesianik di Indonesia) akan menjadi “penjaga” kekristenan dan
mengembalikan kekristenan agar tetap “berwarna Israel/Ibrani”, bukan “berwarna” Romawi /
Eropa seperti saat ini?
Mungkin saja….
Atau Anda punya tafsir lain tentang “burung buas dari timur” ini?
Silakan…. sebab semua orang boleh menafsirkan Kitab Suci, tentunya dengan argumentasi
yang patut.
(jika Islam bisa tetap mengacu pada “Arab”,
mestinya Kristen tetap bisa mengacu pada “Ibrani”, bukan malah kepada Romawi…,
dan yang lebih parah kekristenan di Indonesia malah mengikuti ‘budaya’ Islam dalam
menyebut Tuhan-nya, yaitu menyebut Tuhan dengan “Allah”….).
Entahlah…..
Ini hanya tulisan ringan yang saya tulis di saat banyak orang berbondong-bondong
merayakan Natal 25 Desember di Stadion Kridanggo, Salatiga, (yang sudah bertahun-tahun
biasanya dilaksanakan di Lapangan terbuka “Pancasila”, namun karena ada beberapa hal
yang dipertimbangkan, Natal bersama umat Kristiani di Salatiga kali ini dilaksanakan di
stadion tertutup) dan saya berdiam diri di rumah, sambil melamun dan memainkan jemari di
keyboard laptop.
Di cuplik dari : http://www.gkmin.net
Kepada Pengasuh www.gkmin.net, saya mohon maaf karena telah mencuplik bagian ini tanpa ijin penulis.
Terima kasih
Tuhan Yesus / Yahushua
Yahweh Penyelamat memberkati semua
Salatiga, 25 Desember 2007
artikel terkait lainnya :
http://salatiga.890m.com/gk/lain%20Mengapa%20_Yahushua_bukan_Yeshua.pdf
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar